Jumat, 26 April 2013






  a fanfic by octofish_B


Title          : Andante
Cast            : Song Hanna (OC) | Kim Jongwoon
Length        : One Shoot

__________________________________________________________________

I fall asleep, fall asleep
As these heavy tears come to an end, the end comes



“Jadi”, suara rendah Jongwoon memecah keheningan yang terjadi di malam pertengahan Januari yang beku itu. Masih menjadi satu-satunya hal paling menentramkan di telinga Hanna, meskipun tak dipungkiri lagi bahwa hubungannya dengan pria bermata gelap itu kini berada di ujung tanduk. Hanna lantas membasahi bibirnya yang kering dan kaku, tepat setelah pria dihadapannya itu kembali membuka suara.

“..Tak ada yang perlu dipertahankan lagi, bukan?”,
Akhirnya, Hanna mendengar kata-kata itu terlontar dari seorang Kim Jongwoon. Hal yang selalu dihindari olehnya maupun kekasihnya itu, dalam pertengkaran hebat sekalipun. Namun kini, dengan begitu tenangnya Jongwoon mengatakan itu padanya.


Ending is better than pretending, Jongwoon-ssi”, tukas Hanna. Sebisa mungkin ia bersikap normal, menahan gejolak dalam dirinya. Sebuah dorongan untuk mengatakan jangan, berharap Jongwoon berubah pikiran dan tetap bersamanya. Tapi Hanna menepis semua angannya. Ya. Pria itu, telah menemukan seseorang lain yang akan menjadi pendamping hidupnya. Dan setelah semua yang mereka lalui, pada akhirnya mereka pun memutuskan untuk berpisah.

“Aku.. menyesal―”, Jongwoon mengangkat wajahnya. Menatap lurus, menembus manik mata Hanna begitu dalam. Pada saat itulah, gadis itu sadar bahwa bukan dirinya saja yang tersakiti oleh perpisahan ini. Tapi Jongwoon juga. Pria itu mengepalkan tangannya dan ditempelkan ke bibirnya sendiri yang membiru. Dihelanya napas keras-keras, hingga terlihat kepulan putih yang menggantung sebelum akhirnya lenyap bersama hawa dingin sekitar. Pria ini. Mati-matian ia menahan sesak di rongga dadanya, menyadari fakta bahwa gadis bermata teduh itu hanya akan semakin terluka jika tetap bersamanya.

“Jongwoon-ssi..”, kembali dunia Hanna serasa berhenti berputar, saat tiba-tiba saja Jongwoon memeluk tubuhnya. Bukan rengkuhan hangat seperti yang ia rasakan dulu, memang. Semua telah berubah. Meskipun begitu, ada senyum samar di wajah Hanna dan ia pun membalas pelukannya. Menepuk-nepuk punggung pria yang dulu selalu membuatnya jatuh cinta itu. Hanna membiarkan aroma mint pria itu menusuk indra penciumannya sekaligus memenuhi rongga-rongga pernapasannya. Sekali lagi, untuk yang terakhir kalinya.

“Maaf, jika selama ini aku menyakitimu, Hanna-ya. Maaf”, tak ada yang bisa gadis itu lakukan selain menutup rapat kedua matanya, membiarkan cairan bening yang sedari tertahan di pelupuk matanya itu, mengalir pelan di pipinya.

“Kau tahu bahwa aku selalu berharap yang terbaik untukmu, Jongwoon-ssi.



----0o0---



No matter how I try looking back on your memories
Those words I haven’t been able to escape
Till I reach the end of our separation



The following morning  at Mouse Rabbit Café



“Kau putus dengan Jongwoon?!”, tanya gadis berambut ikal itu penuh penekanan. Ia sama sekali tak percaya dengan hal yang baru saja didengarnya. Hanna pun tersenyum pahit dan mengangguk lemah pada sahabatnya itu.

“Oh, sayang sekali. Dia..”, Eunmi, nama sahabatnya itu berhenti sejenak. “Pria yang baik”,  kini ia menatap Hanna lurus-lurus. Mencoba menemukan alasan yang tersirat di mata gadis itu, apapun yang menyebabkan hal tak terduga ini bisa terjadi. Hingga kemudian perlahan, diraihnya tangan sahabatnya itu.

It has been three years. Why Han?”,

Hanna mengangkat wajahnya. Membalas tatapan pilu Mimi, begitu ia memanggilnya. Cukup lama mereka bertahan dalam diam sebelum akhirnya Hanna pun menguatkan dirinya untuk berbicara.

“Aku rasa, aku sudah tak mencintainya lagi. Begitu juga yang ia rasakan padaku. Kita berdua, sudah tak mampu lagi bermain dalam kepura-puraan, Mimi-ya”,
Eunmi mendengarkan dengan seksama. “Okay, since when?”,

“Sejak.. sejak dia pergi ke Kanada dua tahun yang lalu untuk menangani kasus pembunuhan yang melibatkan kementrian Ottawa. Disana, ia pun bertemu dengan mantan kekasihnya, dan”, Hanna menghela napas. “Dan Jongwoon mengaku bahwa ia masih sangat mencintainya”,

Alis Eunmi mengkerut. “Aku tahu, aku juga tak paham pada awalnya. Mengetahui kenyataan bahwa kekasihku itu berselingkuh, mungkin kau mengira aku akan marah padanya, atau paling tidak menangis secara diam-diam? Merasa patah hati dan memutuskan hubungan dengan amarah yang meluap-luap?”,

“But I did not! Aku tidak merasakan adanya kecemburuan dihatiku, Mimi-ya.”,
Hanna menghela napas, kemudian mengaduk-ngaduk cepat lemon juice dihadapannya yang sudah tak dingin lagi menggunakan sedotan plastiknya. “Aku hanya menyesal karena seharusnya aku menyadari itu sejak dulu. Dan bukannya membiarkan hubunganku dengan Jongwoon berjalan penuh kepalsuan. Setelah ia kembali dari Kanada, tentunya”,

You know, after that time he said he loves me and I said I love him. Now I realize that’s all bullshit”, lanjutnya.

“Jadi, kau merelakan Jongwoon-mu itu hidup bahagia bersama gadis lain?”, Eunmi mencoba untuk menyimpulkan. Mencoba meyakinkan siapa tahu sahabatnya itu sedang mengigau atau terkena pengaruh wine yang bukan tidak mungkin telah dikonsumsinya diam-diam.

Hanna mengendikkan bahunya dan berkilah, “He deserve to be happy”,

“Entahlah, Han. Apa kau sendiri benar-benar merasa bahagia akan perpisahan itu?”, Eunmi masih menatapnya sangsi. Sementara Hanna tampak tak menghiraukannya dan sibuk melahap kudapan coklat yang ia pesan. Mungkin. Hanya mungkin, hati nuraninya mengatakan hal lain. Lebih seperti, melupakan Jongwoon dan mencari tambatan hati lain?



---0o0---



I turn around then turn around
Even the numerous feelings that have slowly built up
Even the numerous memories that have slowly filled in
Slowly I will forget them a bit more

Andante..



Hanna selesai memasukkan buku-buku literatur bahasa Perancisnya ke dalam tas, ketika ia menyadari kelas sudah kosong. Hanya ada dirinya dan Eunmi yang menunggu di ambang pintu. Seperti biasa mereka akan pulang bersama dan berencana untuk menghabiskan malam minggu ini bersama anggota klub musik lainnya.
“Mimi-ya, kau tahu tentang istilah Andante?”, tanya Hanna saat mereka berdua sampai di anak tangga terakhir, yang kini membentang di hadapan mereka sebuah koridor panjang.

“Hmm.. bukankah itu salah satu jenis dari tempo?”, Eunmi tampak ragu akan jawabannya meskipun ia sudah menjadi anggota klub musik Seoul University sejak tahun pertama.

“Benar. A musical composition or musical passage to be performed moderately slow”, terang gadis berambut coklat itu. Hingga ia menghentikan langkahnya tiba-tiba. Pandangannya lurus mengarah ke ujung koridor dimana terlihat gerbang utama kampus itu.

“Perlahan, Mimi-ya, aku akan melupakan Jongwoon. Setelah itu, aku yakin bahwa aku akan menemukan cintaku yang baru”, ujarnya sambil tersenyum simpul. Saat itulah Hanna merasakan sesuatu dalam dirinya. Ia tahu bahwa kenangannya bersama Jongwoon begitu indah. Dan kehadiran pria itu adalah segalanya bagi dirinya. Namun hidup takkan berhenti untuk siapapun. Hanna memutuskan untuk melupakan semua hal tentang Jongwoon.
Sementara itu Eunmi tersenyum. Ia selalu menyukai sifat sahabatnya yang kadang bisa sekuat wanita besi, tapi terkadang juga bisa berubah seperti gadis umur 5 tahun yang luar 
biasa polos. Ia mengerti, apa yang diucapkannya barusan adalah berasal dari lubuk hatinya.

Of course you will, Han”, mereka berdua pun tertawa.

Tak lama setelah itu terdengar sebuah alunan nada. Hanna sedikit berjengit saat menyadari kalau suara itu berasal dari handphone miliknya.

Okay Han, aku pergi ke perpustakaan sebentar. Tunggu aku disini ya!”, teriak Eunmi penuh semangat dan dibalas dengan anggukan pasti.

Yobosseyo?”, Hanna lalu mengangkat panggilan masuk dari sebuah nomor yang belum terdaftar dalam kontaknya. Perlahan senyum mengembang di wajahnya yang merona merah. Matanya berbinar menyadari seseorang yang sudah lama tak ia temui, kini sedang berada di ujung telepon.

“Kau sudah sampai di Incheon Airport?! Bodoh, kenapa mendadak sekali?”, omelnya.

“…”

Okay, my flat. Same password. Tunggu aku disana”, Hanna memerintah.

“… .”

“Kau bercanda? Oh, ternyata mahasiswa IT lulusan Harvard University bahkan bisa lupa password apartemen yang konyol itu?! Aku mulai berpikir kenapa kau tidak membobolnya saja”, sejurus gadis itu tertawa sinis.

Same password! Tanggal lahirmu, Cho Kyuhyun bodoh.



END.


0 comments:

Posting Komentar

 

Template by Suck my Lolly