a fanfic by octofish_B
Genre :
Romance
Cast : Jung
Nara (OC), Cho Kyuhyun/Marcus Cho
Length : Ficlet
_________________________________________________________________________________
Nara mengerjap-ngerjapkan matanya perlahan.
Membiasakan kilatan dari berkas-berkas cahaya menyilaukan yang menjadi pemisah
antara alam mimpi dan kenyataan. Selimutnya melorot sampai ke dada saat ia
kembali duduk di ranjangnya. Tangannya kemudian mengusap-usap pelan pipinya
yang sedikit chubby. Tak butuh waktu
lama untuk Nara mengumpulkan semua kesadarannya, karena tiba-tiba saja gadis
berambut coklat sebahu itu tampak terkejut, menyadari suatu hal. Matanya
membulat sempurna, dan sesaat kemudian mengedarkan pandangannya ke seluruh
sudut kamarnya yang didominasi warna favoritnya, putih. Ia lalu menenggelamkan
kepalanya di bantal soft-pink miliknya,
sebelum mulut gadis itu mendesis penuh sesal. “Aish, babo. Ternyata cuma mimpi ya?”, tak lama kemudian ia memukul
pelan kepalanya sendiri disusul dengan kekehan lirih.
Semenit yang lalu, Nara masih mendapati dirinya sedang
berdiri di tengah-tengah sebuah hall megah
yang dihiasi lampu-lampu kristal menakjubkan, juga beberapa kuntum bunga yang
diletakkan di space-space tertentu.
Dengan gaun sederhana namun elegan berwarna turquoise
yang dipadu dengan necklace serupa
batuan ruby, gadis itu menikmati segala
kemewahan yang tercipta. Sempat ia membatin, apakah dirinya sedang dibawah
pengaruh sihir ibu peri, sehingga ia ditakdirkan berada di sebuah pesta dan
bernasib sama seperti Cinderella? Namun
perlahan senyum takjub di wajah Nara memudar. Ketakutan mulai menyelimuti
pikirannya, ketika ia menyadari begitu banyak orang di ruangan itu. Dan
sungguh, tak ada satupun yang tampak familiar baginya. Manusia-manusia tampan
dan cantik, gaun mewah, pesta, serta keseluruhan tempat itu begitu asing dan
kenyataan itu seakan mencekik lehernya. Tiba-tiba saja ia merasakan ketakutan
yang luar biasa.
“Can I help
you, milady?”, sebentuk tangan terulur di hadapannya, sementara gadis itu
masih berjuang melawan pikirannya sendiri. Sosok berbadan tinggi itu masih
tampak kabur di mata Nara. Meskipun begitu, ia tak berniat untuk beranjak dari
posisinya. “Hold my hand. Or you gonna
regret”, tukasnya. Detik selanjutnya, Nara pun memilih untuk meletakkan
tangannya di atas tangan sosok itu. Segurat
senyum manis pun melengkung di wajah namja
pemilik mata azure itu. Ya, kini Nara
dapat melihat wujud namja yang berada
di hadapannya. Dan ia bersumpah bahwa rahang tegas itu ternyata membingkai
wajah paling tampan yang pernah ia lihat. Maka seiring jemari Nara yang
digenggam erat oleh tangan halus itu, semakin ia yakin bahwa namja itulah satu-satunya pemberi rasa
aman bagi dirinya. Entah, atau memang kenyataan yang membuat Nara terperangkap
dalam pesonanya.
“Maaf, apakah aku mengenalmu?”, Nara memutuskan
untuk bertanya. Ia yakin dengan setelan mahal berwarna dark-grey yang melekat di tubuh namja
itu, yeoja manapun pasti akan
tergila-gila dibuatnya. “Namaku Marcus Cho. Hmm, seharusnya kau mengenaliku.
Ketahuilah bahwa aku mengenalmu dengan sangat baik, Mrs. Jung”, lagi-lagi ia
menarik sudut bibirnya. Arti dari sebuah kesempurnaan, batin Nara. Beberapa
detik mereka saling melempar pandangan penuh arti, hingga Nara terkesiap dan
buru-buru menarik tangannya yang sedari tadi digenggam oleh Marcus. Nara menunduk
dengan gugup, berusaha menutupi pipinya yang semburat kemerahan. Ia pun menyadari bahwa kehadiran Marcus, seketika
membuatnya lupa akan rasa takut yang ia alami.
“B-baiklah Mr. Cho, aku masih tidak mengerti. Siapa
sebenarnya dirimu? Bagaimana kau bisa mengenalku? Dan.. ‘dengan sangat baik’?”,
Nara memberikan tatapan penuh tanya. Marcus mengambil satu langkah untuk menghilangkan
jarak antara dirinya dan Nara. Hingga wajah gadis itu pun berhadapan langsung
dengan dadanya yang bidang. Dengan serta merta Marcus menyentil dahi Nara yang
tertutupi anak poni. “Bagaimana bisa kau tidak mengenaliku? Padahal kau dan aku,
memang ditakdirkan untuk bersama..”,
Dan saat itu juga ia terbangun dari mimpi indahnya. Sungguh.
Nara bersedia melakukan apapun untuk kembali. Hingga sesuatu yang membuatnya
tak kalah terkejut, adalah ketika jam beker berbentuk polar bear miliknya menunjukkan angka sembilan. Sebentar lagi kelas
Han seongsangnim dimulai, dan sudah
pasti dia harus menerima akibat keterlambatannya. “Jung Nara..”, suara pria
separuh baya itu terdengar menggema di seisi ruang kelas. “Aku memaafkanmu
karena ini keterlambatanmu yang pertama. Tapi jangan berharap mendapat nilai A
jika kau mengulanginya lagi, arrasseo?”,
ujarnya lembut meski tak mengurangi kesan tegas yang selama ini ditunjukkan
pada murid-muridnya di kelas seni kontemporer, Universitas Kyunghee. “Arrasseo..”, Nara pun mengangguk lemah
sembari melangkah ke tempat duduknya. Dihelanya napas berat. Hari ini cukup
banyak hal-hal tak terduga dan membuatnya terkejut. Dalam hati ia penasaran, hal-hal
mengejutkan apa lagi yang akan terjadi padanya setelah ini?
“Oh iya, Jung Nara!”, gadis itu mendongakkan kepala
ketika mendengar namanya disebut lagi oleh Han seongsangnim. “N-ne?”, “Tadi kau melewatkan pidato perkenalan murid
baru di kelas kita. Nah, namja yang
ada disebelahmu... Namanya Cho Kyuhyun. Kau pasti mengenalinya”, terang Han seongsangnim. Seketika Nara pun menoleh
ke sisi kanannya. Benar saja, ia baru menyadari kalau ada murid baru disini. Namun
jantungnya serasa berhenti berdetak ketika murid baru itu juga menoleh dengan
setengah memiringkan kepalanya. Wajah ini, tampak tak asing lagi bagi Nara.
“K-kau?..”, belum sempat Nara terlepas dari wajah bingungnya, namja itu mengangkat tangannya, menyentil
dahi Nara yang tertutup anak poni. “Ya!
Bagaimana bisa kau tidak mengenaliku?! Aku ini selebriti terkenal, babo”, namja itu membuang muka. Namun seketika senyum membias samar di
wajah Nara, saat pandangannya menangkap tulisan yang terukir di gelang silver, yang melingkar di tangan namja itu. MARCUS.
Nara kemudian bergumam lirih, lebih pada dirinya
sendiri, “Entahlah, atau mungkin kau dan aku memang ditakdirkan untuk bersama,
Mr. Cho?”.
END.