by : G84130026
A/N : Fic ini terinspirasi dari
sebuah permainan dari reality show. Kedengarannya klise, tapi bayangkan jika
kalian melakukannya dengan bias.
--
“ Stik terakhir. “, ujarmu saat kau merogoh bungkus Pepero disebelahmu.
Kau menoleh pada pacarmu, seorang
lelaki tampan yang tengah menonton film bersamamu. Pacarmu menoleh pula padamu,
kalian saling berpandangan.
“ Kau mau oppa? Ini stik terakhir. “
Kau menawarkannya pada pacarmu. Ia
hanya tersenyum, lalu menggeleng.
“ Tidak, sayang. Aku tidak mau
berat badanku bertambah lagi karena makan terlalu banyak. “ , tolaknya.
Kau mengedikkan bahumu, memilih
untuk tidak mengomentari ucapannya dan menuruti kata-katanya, walaupun dalam
hati kau berkata sebatang pepero tidak
akan berpengaruh pada berat badanmu, bukankah oppa tadi sudah makan separuh
lebih?
Kau mulai memasukkan ujung stik Pepero ke dalam mulutmu dan
menggigitnya. Baru saja akan melanjutkan gigitan, tiba-tiba pacarmu sudah
berpindah posisi -didepanmu- dan menggigit ujung yang lain.
Kau terdiam. Jantungmu berdebar
keras. Kau bahkan tidak mampu melanjutkan gigitan pepero-mu.
Ia menggigit pepero-nya dengan cepat, jarak antara wajahmu dan wajahnya semakin
dekat. Sedikit lagi ia menggigit, wajah kalian akan bersentuhan.
Kau menahan napas. Rasa panas
menjalar ke seluruh tubuhmu. Kau masih berada dalam posisi ‘diam’ ketika hidung
kalian bersentuhan dan..
..KRAK..
Pepero-nya patah. Rasanya kau bisa kembali bernapas lega. Jantungmu
mencoba kembali ke irama semula. Sayangnya, pacarmu menyambung gigitan pepero-nya.
1...2...3
..TAP..
Bibir kalian bersentuhan.
Kau tidak siap dengan ciuman
mendadak ini dan secara reflek tubuhmu mundur ke belakang. Sebuah tangan
menahan kepalamu, kau tidak bisa memundurkan tubuhmu.
Napasmu terhenti. Jantungmu
serasa meledak. Perutmu terasa geli, seperti ada ribuan kupu-kupu berterbangan.
Setelah beberapa menit, ia mulai
melepaskanmu dan kembali menatap layar televisi. Ekspresinya santai,
seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
Kau memegang bibirmu. Kau yakin
pasti sekarang wajahmu semerah kepiting rebus.
“ Tadi itu..”
Kau bergumam sendiri.
“ Oh, aku berubah pikiran sayang.
Potongan terakhir tidak boleh dilewatkan, apalagi jika berbagi dengan orang
yang kucintai. “
Ia menyahut gumamanmu.
Kau pun memalingkan mukamu,
menyembunyikan rasa malu sekaligus rasa bahagia. Kau pun tersenyum diam-diam.