Rabu, 03 Juli 2013

Biting Your Lips 6th ~ Truth and Agony


TIK…TIK…TIK
Kyuhyun terus mengumpat dalam hati, sudah 15 menit ia mengunggu. Bagi orang yang tak pernah menunggu, 15 menit adalah waktu yang sangat menjengkelkan. Begitu yang ditunggu menunjukkan batang hidungnya, Kyuhyun langsung memuntahkan cacian yang sedari tadi diujung lidah
            “Kau ini bodoh atau apa… ini sudah―” Kyuhyun tak meneruskan kata-katanya

Seekor naga emas melilit gaun satin warna ecru berekor panjang, ekor naga berada pada ekor gaun, tubuh naga itu melilit semakin keatas hingga kepala naga tersampir di pundak Stephanie. Naga emas itu disulam tangan, membuat setiap detail tercipta sempurna. Rambut disasak dan digelung gaya French twist, memperkuat citra dewasa, namun masih terlihat manis dengan stiletto heel tinggi.
            “Anting Bvlgari, jam tangan Rolex, tas tangan Gucci, sepatu Valentino, kau lebih mirip toko berjalan. Kau habis berapa ribu dolar..?” Kyuhyun menata ekspresinya yang sempat terpana
            “Kuberitahu ya… anting ini hadiah dari eommaku, jam tangan hadiah lomba desain yang ku ikuti di Seoul, tas hadiah dari Helen saat ulang tahunku, sepatu kubeli di Italia, setengah harga” Stephanie dengan bangga memperkenalkan barangnya satu persatu
            “Lalu gaun itu..? Oscar de la Renta..? Prada..? Dior..? Stephane Rolland..? atau Dennis Basso..?” Kyuhyun semakin intens mengintrogasi Stephanie
            Dennis Basso..? kau cukup tahu banyak”
            “Wanita selalu bangga dengan gaun mahal mereka, dan semangat untuk memamerkan merek dan dimana mereka membeli” tatapan Kyuhyun merendahkan
            “Aku bangga dengan gaun ini, akan kuceritakan kalau gaun ini rancanganku sendiri” wajah Stephanie berbinar kemenangan
            Well… nggak buruk juga. Kalau kau memakai gaun seperti itu, kau akan mati beku dalam lima menit. kau tak punya bolero atau apapun..? punggungmu terlalu terbuka bodoh…” Kyuhyun berjalan untuk mengambil mobil
            “Kau tak lihat..? kepala naga ini terlalu besar untuk dimasukkan kedalam bolero… bodoh..!” Stephanie mengikuti Kyuhyun dibelakang
            “Hah… terserah. Aku ambil mobil, kau tunggu di depan”
Dibalik punggung Kyuhyun, Stephanie mengangkat kepalan tangannya kearah kepala Kyuhyun
 Jelas-jelas mulutnya tadi terbuka, seberapa tinggi harga dirimu sih..? memuji orang kan tidak ada salahnya. Tapi aku tadi juga tak memujinya, ahahaha… Kyuhyun mewarnai rambutnya, kau pikir aku tak sadar..? warna coklat tua ternyata lebih cocok ketimbang hitam.
Honk…honk…honk…!
Suara klakson membuyarkan pikiran Stephanie, sebuah Lamborghini Superleggera hitam berhenti didepannya, dengan bodoh Stephanie tengok kanan-kiri, masih bingung mencari mobil Kyuhyun. Setelah kaca mobil turun, umpatan segera meluncur dari dalam mobil
            “Kucing… kau cari siapa, cepat masuk…!”
Stephanie terperangah, ternyata Kyuhyun yang duduk di belakang setir, dengan hati-hati dia masuk kedalam mobil. Mulut Stephanie masih ternganga saat dia duduk disamping Kyuhyun
            “Kau terpesona, eh..?”
            “Ah… um… ini mobilmu..? kau tidak menyewa hanya untuk membuatku kagum kan..?” pertanyaan bodoh itu meluncur begitu saja
            “Kau harus mengganti otak bodohmu itu dengan prosesor komputer, ini mobilku sendiri. Kau kira aku tak sanggup membeli mobil seperti ini..?” Kyuhyun mulai menjalankan mobil menuju tempat pesta
Orang gila ini selalu bilang kalau belanja itu buang-buang uang. Apa dia tak pernah bercermin betapa banyak uang yang ia keluarkan untuk mobil-mobil berkelas ini. Hah..! benar-benar membuat frustasi…
            “Kucing… ingat rencana kita, aku tak mau kelakuan bodohmu itu membuyarkan skenario” tangan Kyuhyun melambai-lambai dihadapan wajah Stephanie
            “Bisakah kau berhenti memanggilku bodoh..? sangat memuakkan jika setiap hari kau dipanggil bodoh tau..!” Stephanie menepis tangan Kyuhyun
Penampilan gadis ini diluar dugaan, padahal sudah kupersiapkan mentalku untuk kemungkinan terburuk. Sepertinya dia tak terlalu memalukan untuk teman pesta.
Tangan Stephanie menelusuri dashboard mobil, menikmati setiap jengkal permukaan interior berwarna maroon, Kyuhyun hanya tersenyum melihat teman pestanya terkagum-kagum.
10 menit kemudian mereka tiba di tempat pesta, di depan sebuah hall, tempat wartawan dan reporter berjubel, kanopi panjang melintang dari pintu hall hingga tepi jalan begitu juga dengan karpet merah. Mobil-mobil mewah silih berganti berhenti di depan karpet untuk menurunkan penumpangnya yang malam ini terlihat seperti bintang Hollywood. Saat Kyuhyun keluar dari mobil, cahaya-cahaya blitz kamera sontak menghujani wajah tampan presdir muda, pertanyaan-pertanyaan mucul bersamaan hingga tak terdengar apa sebenarnya yang ditanyakan. Saat Stephanie turun dari mobil yang sama, semua perhatian tersedot pada designer cantik itu, kali ini pertanyaan yang dilontarkan sama
            “Apa sebenarnya hubungan kalian berdua..?” tanya salah seorang wartawan dari baris paling depan
            “Kami adalah saudara sepupu” Stephanie terdengar tegas dan sedikit memberi penekanan dalam menjawab pertanyaan dengan cepat sebelum para paparazzi  sempat berpikir kemingkinan lain
Apa kucing ini gila..? mudah sekali dia menjawab, bahkan dia tak  bertanya dulu padaku. Terserahlah… gak ada ruginya juga
Dengan terus tersenyum Kyuhyun menarik tangan Stephanie kedalam, meninggalkan kerumunan yang masih berteriak-teriak dibelakang mereka.
Langit-langit melengkung yang dipenuhi lampu-lampu Kristal, pilar gaya Renaissance berjejer, separuhnya terbenam pada tembok yang tertutup dengan nuansa merah bunga poppy berpadu dengan bunga campanula biru yang cantik. Beberapa karangan bunga ukuran besar menghiasi meja-meja minuman dan makanan, pastry vanilla, mini tart, gin, tonic, champagne bahkan mojitos dan banyak hidangan yang terlihat menggiurkan.
            “Wow… aku belum pernah melihat calla lily dirangkai seindah ini, dan kukira akan lebih cantik dengan sedikit sentuhan putih dari tulip, pasti cantik sekali” Stephanie sudah menarik setangkai lili dari vasnya
            “Lepaskan tanganmu, kau mau ngapain..? ini pesta bisnis bukan pesta kebun. Bisakah kau menahan diri dari merusak karya orang lain..? kau tak akan menari dengan lili ditanganmu kan..” Kyuhyun menahan tangan Stephanie dengan bunga lili yang sudah separuh tercabut. Stephanie hanya melengos dan melangkah pergi meninggalkan Kyuhyun yang sekarang kerepotan menahan agar bunga itu tak benar-benar jatuh dari vas.
            “Halo nona Stephanie, tetap cantik seperti biasa” seorang wanita dalam busana chartreuse menyentuh pundak Stephanie
            “Oh… halo nyonya Douglas, anda terlihat luar biasa malam ini” walaupun dalam hati Stephanie berpendapat kalau keriput nyonya Douglas selalu bertambah setiap kali bertemu
            “Berkat bantuan seorang gadis afro muda di butikmu, dia membantuku memilih gaun ini. Kudengar dia anak baru… seleranya bagus” sederet gigi menawan memenuhi senyum wanita paruh baya yang bersikeras menjejalkan payudara kemposnya ke dalam gaun dengan body line seksi itu
            “Benar… dia baru mulai bekerja minggu lalu, namanya… um… biasanya dia dipanggil Berthy”
            “Kapan kau akan mengadakan show lagi..? sudah lama aku menunggu kesempatan melihat karya-karyamu lagi”
            “Mungkin tidak dalam waktu dekat ini, kami masih sibuk mempersiapkan lomba di Paris bulan depan”
            “Apa kau kesini masih sendirian seperti biasa..? kulihat tadi ada keributan di luar”
            “Ah… mungkin itu karena wartawan terlalu heboh dengan hal-hal sepele” Stephanie asik memperhatikan betapa make up nyonya Douglas tak sesuai umurnya, hingga tak menyadari kalau ada seseorang yang mendekati mereka
            “Selamat malam nyonya Douglas, senang bertemu dengan desainer muda seperti anda nona Lee”
            “Nona Frost, senang bertemu dengan anda. Panggil saya Stephanie saja” Stephanie tersenyum seramah mungkin
            “Kalau begitu panggil saya Diana” seorang wanita dalam balutan gaun merah belahan dada rendah dengan bolero hitam setinggi telinga berbentuk bunga. Kesan sensual dan begitu terlihat jika separuh pahanya tersingkap setiap kali melangkah. “Bagaimana kemajuan usaha anda..? kudengar sekarang sedang menghadapi masa sulit..?”
Sialan perempuan ini, berani-beraninya dia menanyakan masalah seperti ini… dasar wanita tak tahu malu, hello… ini bukan pantai, apa dia tak punya tata karma…
            “Terima kasih sudah bertanya, tampaknya anda sungguh perhatian. Permisi…” Stephanie tersenyum dan melangkah pergi
Stephanie menjauh dari kerumunan dan duduk di sofa sudut yang terletak di pojok, dengan menggosok-gosokan kedua tangan, Stephanie menenggak habis segelas champagne, berharap bisa melepas kepala naga ini dan mengenakan jaket seperti kata Kyuhyun. Lengannya merinding kedinginan, dia ingin sekali pulang sebelum terserang flu. Cuaca yang hujan memperparah hawa dingin, kedua matanya menelusuri ruangan, mencari target khusus malam ini. Tak perlu waktu lama sebelum Stephanie menemukan laki-laki yang dicari di tengah kerumunan riuh rendah. Stephanie melangkah mendekat
            “Selamat malam tuan Hammis, senang bisa bertemu dengan anda disini, bagaimana kabar singa yang kita bicarakan waktu lalu..?” Stephanie menyeruak keremunan dan tidak memedulikan tamu-tamu yang lain
            “Nona Lee rupanya… senang bertemu anda malam ini. Mungkin kita bisa bicara sambil duduk dengan nyaman” George menuntun Stephanie ke salah satu lounge. Dan mengambil dua gelas wine untuk mereka berdua
            “Maaf aku tak minum wine” Stephanie menolak dengan halus, meskipun dalam hati ia tertawa karena berkata seperti itu setelah menghabiskan segelas champagne
            “Ayolah… ini pesta yang sangat meriah. Terlihat lucu jika ada gadis secantik dan sepintar dirimu berdiri sendirian. Pasti sulit bagimu bertahan tanpa teman” George meletakkan segelas wine pada nampan pelayan yang lewat
            “Berdiri sendirian tak selamanya kesepian, itu hanya berarti saya cukup kuat untuk sendiri”
            “Apapun alasannya, manusia tak pernah bisa sendiri, mereka selalu butuh orang lain, baik teman atau seorang musuh” George menenggak wine
            “Saya setuju dangan anda, musuh bisa memperkuat cara kita berpijak. Tapi satu hal yang harus diperhatikan, jangan pernah salah memilih musuh, bagaimanapun juga kita harus melihat kemampuan diri sendiri, bukankah begitu..?” Stephanie menatap mata lawan bicaranya
            “Kau pasti tahu pepatah duduk seperti kucing melompat seperti hatimau, terkadang hal-hal kecil ternyata diluar dugaanmu” George menggoyang-goyangkan gelas ditangannya
            “Bicara harimau… bagaimana dengan singa, apa dia sadar kalau dia sudah terperangkap jebakan pemburu..?”
            “Apa maksudmu..?”
            “Tinggal menunggu waktu saja hingga sang pemburu datang dan menembak singa yang sama sekali tak bisa membela diri”
            “Bagaimana kau tahu dia tak bisa membebaskan diri..? dia masih punya cakar” George meletakkan gelas kosongnya di samping tempatnya duduk
            “Aku belum mengatakan kalau keempat kakinya terjerat tali yang sangat kuat. Pilihan anda untuk menyerahkan kembali taring yang bukan milikmu, maka akan kusuruh pemburu untuk melepaskanmu. Atau anda memilih singa itu mati dengan taring dalam mulut”
            “Pemburu apa..?” George mulai tak sabar
            “Pemburu singa yang sangat handal” Kyuhyun muncul dari balik punggung George
            “Huh… permainan licik, kalian pikir akan semudah ini..?”
            “Kami pikir memang semudah ini tuan ‘taring palsu’” Kyuhyun mengambil posisi di samping Stephanie
            “Pilihan ada ditangan anda. Katakan sekarang juga” Stephanie melambai-lambaikan selembar kertas laporan sidik jari
            “Mungkin memang malam ini akhir yang buruk bagi anda” Kyuhyun mengeluarkan sapu tangan lalu membungkus gelas wine kosong di samping George dan memberikan senyuman paling menawan yang pernah ia buat pada Stephanie, sialnya Stephanie sedang sibuk menancapkan pandangannya pada mata George
            “Ok… aku akan menelponmu besok” George menyeka keringat yang meleleh di pelipisnya dengan gelisah
Kyuhyun dan Stephanie saling lirik dan tersenyum puas.
***
            “HAHAHAHA… KAU TADI LIHAT WAJAHNYA YANG MERAH..?” Kyuhyun berteriak girang dalam mobil
            “HEI…BODOH kalau nyetir lihat depan, jangan teriak-teriak. Kau membuatku pusing” Stephanie menutupi telinganya, namun dia juga tak memungkiri kalau perasaannya juga lega sekaligus sesak, memikirkan kemungkinan yang terjadi dengan perusahaannya setelah malam ini. Perutnya terasa dikocok, dia tidak bisa teriak-teriak puas seperti makhluk gila disampingnya itu
            “Kenapa diam saja..? kau tadi keren banget, kita benar-benar tim yang hebat” Kyuhyun menepuk-nepuk kepala Stephanie. Tapi Stephanie hanya menangkis lemah tangan Kyuhyun
            “Kau khawatir dengan perusahaanmu..? sudah kubilang kalau aku akan membantumu. Tenang saja”
            “Apa kau pernah merasakan keadaan dimana kau sama sekali tak punya pilihan..? kau pasti berpikir kalau hidupmu berjalan sangat lancar, semua terjadi sesuai dengan rencana”
            “Kau sama sekali tak tahu apa yang kurasakan saat surat itu jatuh ke tangan orang lain…sama seperti yang kau rasakan saat ini” Kyuhyun menghentikan mobil dan melepas sabuk pengaman
KLIK!
            “A-apan yang kau lakukan..? kenapa mengunci pintu..?” Stephanie menoleh bingung pada Kyuhyun
            “Saat aku dalam keadaan seperti itu, kau memberikan solusi dan membantuku. Aku juga akan melakukan hal yang sama padamu kali ini” Kyuhyun mendekatkan wajahnya pada wajah Stephanie. Dengan lembut dia meniup wajah Stephanie, membuat gadis itu memejamkan mata, saat seperti ini adalah kesempatan yang paling disukai Kyuhyun, Stephanie memejamkan mata. Karena disaat itulah Kyuhyun bisa memandang wajah cantik khas darah campuran tanpa harus dikatai bodoh.
            “Hei… apa yang kau lakukan” Stephanie membuka sebelah matanya
            “Hm..? aku hanya ingin melihat wajahmu” Kyuhyun membelai lembut rambut Stephanie dan mengusap-usapkan jempol kanannya pada pipi merona peach
            “Jauhkan wajah jelekmu” tangan Stephanie mendorong wajah Kyuhyun menjauh. Tapi langsung ditahan oleh Kyuhyun, dengan cepat namun lembut Kyuhyun mengulum bibir manis didepannya. Stephanie hanya diam saja. Rasa manis yang selama ini ia rasakan, malam ini bertambah manis. Kali ini Kyuhyun tak membiarkan lidahnya merusak sensasi dengan menelusup masuk, tapi hanya menjilati bibir Stephanie
            “Apapun yang kau aplikasikan pada bibirmu tidak beracun kan..?” Kyuhyun mengerutkan dahi
            “Kenapa..? kau takut aku membunuhmu..? sebenarnya lipstick yang kupakai mengandung racun yang baru bekerja setelah residu dalam tubuhmu mencapai tingkat tertentu, semakin sering kau menciumku, kau semakin dekat dengan ajalmu” Stephanie menekankan telunjuknya pada leher Kyuhyun “Cepat… aku mau cepat tidur” Stephanie memerintah Kyuhyun untuk menjalankan mobil. Dalam perjalanan pulang Kyuhyun hanya senyum-senyum sendiri.
***
Sesampainya dia apartment, suasana diantara mereka berdua tidak berubah, Stephanie tetap diam, biasanya dia akan membiarkan Kyuhyun mandi dulu tapi sekarang dia langsung mandi dan tidur awal. Sedangkan Kyuhyun tak sekalipun mencoba memulai pembicaraan, setelah mandi dia melanjutkan pekerjaannya di ruang kerja. Lama Kyuhyun berkutat dengan beberapa line telpon, proposal, dan laporan bulanan, hingga jam menunjukkan pukul 2 pagi, matanya semakin pedas, hingga kepalanya tertunduk lemas di depan komputer.
            “Kyu… Kyu… bangun… kau terlambat” Stephanie mengetuk-ngetuk kepala Kyuhyun
            “Ngh… apa..?” mata Kyuhyun setengah terbuka
            “Dengar baik-baik, kalau kau sekarang juga berangkat kerja, kau terlambat 30 menit, kalau kau mandi dan sarapan dulu sebelum berangkat, kau terlambat 45 menit. dengan keadaan seperti ini, butuh waktu 15 menit untuk menyeretmu ke kantor. Jadi… kau SUDAH SANGAT TERLAMBAT….!!!!!”
Kyuhyun masih juga belum ngeh, sambil mengusap dagunya yang berliur, dengan santainya dia melenggang ke kamar mandi. Stephanie tak habis pikir kenapa orang yang setiap hari teriak-teriak karena takut terlambat malah leha-leha tak berdosa seperti itu. Stephanie mengacak rambutnya frustasi, pikirannya kacau, pagi ini saja sudah beberapa kali dia kebingungan karena lupa apa yang sedang dikerjakan, lupa membalik telur, lupa kalau belum mandi, bahkan lupa nama hari ini. Berkali-kali juga keringat dingin meleleh dari pelipisnya, dia sama sekali tak ingin masuk kerja, dia tak ingin melihat tatapan menuntut dari rekan-rekannya.
            “ARGH….. aku bisa gila sekarang juga” Stephanie terjatuh lemah memeluk lututnya didepan oven. “Oke… tenang! situasi seperti ini pernah terjadi, harusnya aku bisa menghandle seperti biasa”
Kyuhyun yang keluar untuk sarapan tergagap karena menemukan gundukan aneh di dapur, tanpa mengatakan apapun dia langsung mengambil jatah sarapannya berupa dua potong roti gandum, selai kenari, dan dua telur mata sapi, tak lupa menyingkirkan kacang polong rebus dari piringnya. Sambil terus mengamati Stephanie yang tak bergerak, Kyuhyun mengunyah sarapan perlahan, menikmati kesunyian pagi hari yang memuaskan telinga, sebuah  momen langka.
            “Heh…” Kyuhyun menyorongkan kakinya, menekan lengan Stephanie, dengan pasrah tubuhnya ambruk ke lantai. “Hahahahaha… kau ini lucu sekali… seperti mayat hidup. Cepat sarapan… aku tak ingin kau mati pagi ini, mungkin lain kali” Kyuhyun menyambar jas dan berlalu
            “Cih… sok sekali… dasar idiot…” Stephanie bangkit dan membersihkan celemek dan bersiap ke kantor
Kyuhyun pasti akan teriak-teriak kalau melihat penampilan Stephanie sekarang, rambut acak, tanpa make up, meskipun biasanya dia hanya pakai BB cream, blus tanpa lengan, jaket kulit setinggi pinggang, celana katun selutut, ankle boots. Stephanie sama sekali tak memperhatikan penampilannya hari ini, bisa berangkat saja sudah bagus. Sampai di galeri (cara Stephanie menyebut kantornya yang unik) dia langsung masuk ke ruangannya tanpa basa-basi dulu pada satpam seperti biasa
Tok… Tok… Tok…
            “Stephanie… kau baik-baik saja..?” Helena muncul dari balik pintu
            “Entahlah…” Stephanie memiringkan kepalanya di atas meja
            “Yah… reaksi yang sangat lemah. Ceritakan padaku…” Helena menyentuh tangan Stephanie dengan lembut
            “Aku benar-benar akan meledak kalau hari ini tidak ada e-mail yang masuk hari ini”
            “Dari pacar ya…” Helena nyengir menggoda
            “Sungguh aku berharap andai saja begitu, tapi ini lain”
            “Apa?”
            “Nanti saja kuceritakan… kalau sudah beres”
            “Kalau gak beres..?”
            “Kalau sampai ada yang gak beres, kau akan langsung tahu tanpa harus mendengarnya dariku” nada Stephanie sangat menyedihkan
Helena tersenyum getir melihat sahabatnya seperti itu, bukan hal lazim jika dalam sehari Stephanie tak tersenyum, khas tipikal gadis ceria. Dalam hati Helena ikut merana, andai saja ada yang bisa ia lakukan untuk membantu.
Galeri yang terdiri dari tiga lantai ini sangat ramai. Di lantai satu terdapan puluhan etalase berjajar di sisi dinding, tempat manekin-mankein sempurna memakai prototype gaun, gaun pemenang lomba, dan mode terbaru yang mereka produksi. Aroma parfum langsung tercium begitu pelanggan memasuki ruangan ini. Lantai marmer berwarna putih dengan corak retak dimana-mana, di tengah ruangan terdapat motif geometris menyerupai bintang dengan enam sudut jika kau berdiri tepat di pusatnya, tetap diatasnya tergantung lampu Kristal mewah menjulurkan sulur-sulur kristal hingga semua orang bisa menggapainya. Pelanggan dan pelayan berkegiatan disini. Sedangkan lantai dua digunakan sebagai ruang kerja, sebenarnya bagian inilah yang bisa disebut galeri, gulungan-gulungan kain berjajar memenuhi dinding, memberikan feel yang lebih unik dari cat tembok. Terdapat satu meja besar ditengah, beberapa meja sedang, almari aksesoris, tumpukan majalah, buku, penggaris, gunting, bahkan cat ada disana. Terdapat mezzanine cantik yang digunakan untuk meletakkan gambar-gambar desain. Berbeda dengan lantai satu, lantai dua lebih berkesan hangat karena hampir semua perabot terbuat dari kayu, disini tempat para desainer mengekspresikan jiwa seni mereka. Lantai tiga terasa lebih maskulin karena warna abu-abu, putih, dan hitam lebih mendominasi, perabotnyapun lebih simple. Disini tempat ruangan Stephanie dan Helena, berhubung ruangan ini sangat luas, sebagian besar disulap menjadi catwalk mini yang sering digunakan saat ada desain baru yang akan diluncurkan harus dipresentasikan di sini, didepan para desainer lain dan tentu saja Stephanie.
Bulir-bulir hujan masih setia mengetuki kaca jendela, membantu Stephanie mempertahankan mood, meskipun benci dingin tapi Stephanie suka hujan, asalkan dia tidak kehujanan. Matanya silih-berganti memandang layar ponsel dan monitor komputer, berharap sesuatu ajaib terjadi.
DING…!
            Sender: GeorgeHammis.Icn
            Subject: pernyataan dan pemindahan hak usaha
Maaf atas keterlambatan perberitahuan ini. Kami telah menyelesaikan semua dokumen dan transaksi yang diperlukan untuk mengembalikan perusahaan sepenuhnya pada anda. Berhubung perusahaan anda tidak mungkin membeli kembali saham-saham sebesar itu, terdapat pihak yang bersedia membeli semua saham anda. Tentu saja keputusan terakhir apakan anda menjadi pemilik kembali tergantung pemegang saham saat ini. Kami juga melampirkan beberapa dokumen penting yang selengkapnya akan kami kirimkan besok, terima kasih.

Otak Stephanie masih bergumul dengan semua kemungkinan tentang siapa sebenarnya ‘pihak’ hingga tak menyadari telpon kantornya berdering
            “Halo…”
            “Ada seseorang yang menunggu anda di lobby, katanya urusan penting”
            “Suruh saja dia masuk keruanganku”
            “Beliau tidak bersedia, katanya akan mengajak anda keluar jadi sebaiknya anda berkemas dan segera turun”
            “Kenapa tak mau naik..? menyusahkan saja. Laki-laki atau perempuan?”
            “Laki-laki, berusia sekitar 25 tahun”
            “Ugh… sepertinya aku tahu, baik aku akan turun” Stephanie menutup telpon
Hanya ada satu makhluk di bumi yang menggunakan kata-kata arogan seperti itu untuk memanggil seorang boss turun untuk menemuinya. Dasar setan jelek
Stephanie membenahi penampilannya dan menyambar mantel, tas, dan ponselnya. Dengan langkah sedikit antusias dia menuruni satu persatu anak  tangga, kabar yang baru ia dapat meringankan hatinya, kalau tak menilik lokasi, sekarang mungkin dia akan berteriak kegirangan sambil melompat-lompat. Meskipun tahu akan menemui orang paling menyebalkan itu, hatinya masih saja girang. Setelah sampai di lobby, Stephanie tak melihat Kyuhyun
            “Dimana tamunya?” Stephanie menanyakan pada resepsionis yang tadi memberitahunya
            “Beliau menunggu di mobil, katanya dia lebih senang menunggu di dalam mobilnya karena lampu besar di atas sana mengganggu pandangannya”  resepsionis cantik itu menunjuk ke atas
            “Sekarang dia benar-benar membuatku marah” Stephanie melangkah sambil menghentakkan ankle boots-nya
Diluar ada sebuah mobil Mercedes yang belum pernah ia lihat.
Sebenarnya berapa mobil yang ia miliki, setiap pergi selalu ganti. Sombong sekali, rasanya ingin kuledakkan kepalanya yang besar itu.
Stephanie mengetuk pelan kaca penumpang―biasanya dia langsung menggedor. Pintu terbuka dan Stephanie masuk.
            WHAT THE―” Stephanie meloncat hingga kepalanya terbentur atas mobil
            “Hai… lama tak jumpa” yesung tersenyum
            “WOW… sulit dipercaya… oppa belum kembali ke Korea..?” Stephanie tak bisa menyembunyikan kegirangan dalam kata-katanya
            “Besok aku berangkat ke Australia untuk konser, setelah itu baru kembali ke Korea, oh iya… tadi aku lihat ini saat perjalanan kemari” yesung menyodorkan gumpalan pink cantik dibungkus plastik motif beruang dengan pita coklat pada pegangannya. “Kau suka ini kan..?”
            “Cantik sekali, kau masih ingat oppa..” mata Stephanie berbinar seperti anak kecil
            “Bagaimana aku lupa saat kencan pertama, matamu terus terpaku pada penjual permen kapas, bahkan saat kuajak bicarapun kau tak dengar. Kita berakhir dengan membeli porsi jumbo”
            “Terima kasih” Stephanie menempelkan pipinya dan mengosok-gosokannya pada permen itu
            “Hahaha… kau selalu melakukan itu, nanti pipinya kotor, Oh iya… aku ingin mengajakmu ke suatu tempat” yesung menjalakan mobilnya
Stephanie masih memandangi permen kapasnya, yesung yang tahu hanya tersenyum simpul. Hujan masih deras, membuat jalanan lengang, awan hitam menggulung diatas kota paling metropolis di dunia ini. Yesung menghentikan mobilnya pada sebuah taman.
            “Kenapa kita kesini..?” Stephanie bingung karena tujuan dan keadaan yang tak singkron
            “Ada yang harus kukatakan padamu” yesung melepas sabuk pengaman dan menghadap Stephanie. Matanya menandakan topiknya serius
            “Aku siap” Stephanie meletakkan permen kapasnya pada dashboard
            “Stephanie…” yesung mengatur napas, memberikan jeda pada perkataannya “Aku― akan menikah bulan depan” yesung menyelesaikan perkataannya dengan cepat sembari menyodorkan surat berpita pada Stephanie
Mata Stephanie membelalak selebar yang bisa dicapai kelopaknya. Mulutnya membuka-menutup berniat mengatakan sesuatu namun urung. Dia memejamkan mata sebentar dan kembali memandang wajah yesung.
            “Wow… selamat oppa, semoga hidupmu bahagia” Stephanie memeluk yesung dengan tenggorokan terasa terbakar “Tapi ini untukku kan..?” Stephanie mengayunkan permen kapas ditangannya
            “Tentu saja. Terima kasih Stephanie, aku sayang padamu” senyum yesung tak bisa menyembunyikan kebahagiaan yang dia rasakan “Ayo kuantar kau pulang” mesin mobil menyala
            “Tunggu sebentar oppa” tangan Stephanie menahan yesung dengan kepalanya masih menunduk
            “Masih ada sesuatu yang harus kulakukan disini, kalau oppa mau pulang, oppa duluan saja” Stephanie membuka pintu
            “Tunggu...! apa yang akan kaulakukan..? diluar hujan deras, kau akan kuantar pulang” tangan yesung menahan lengan Stephanie
            “Kumohon oppa, biarkan aku keluar. Oppa pulang saja duluan, kumohon oppa…” suara Stephanie bergetar dingin, tak sekalipun mengangkat wajahnya. Dengan pasrah yesung melepas tangan Stephanie dan membiarkannya keluar menembus hujan. Seperti paham maksud Stephanie, yesung menjalankan mobil dan berlalu
Stephanie memegang permen kapasnya tinggi-tinggi, lelehannya menuruni jemarinya yang terguncang angin. Dengan pandangan intens, Stephanie menatap penganan itu lama “Apakah rasanya akan berubah kalau seperti ini” Stephanie membuka bungkus dan memakan permen yang sekarang sudah kempis dan basah “Ternyata rasanya berubah” Stephanie tersenyum
Seluruh tubuhnya basah, rambut, pakaian, mata. Tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi. Setelah mengatur napas, dia mengangkat telpon
            “Halo”
            “Halo… hei KUCING..! kau dimana sekarang..?” penelpon diseberang berteriak begitu percakapan dibuka
            “Halo ini siapa..?”
            “Siapa lagi orang di bumi yang memanggilmu kucing...”
            “Oh… kau rupanya… ada apa..?”
            “Kau ada dimana sekarang..?”
            “Apa urusanmu dengan dimana aku berada sekarang, jangan temui aku, aku tidak mood meladeni atau melihat wajahmu”
            “Heh… berani kau berkata seperti itu padaku. Tunggu saja, aku akan menemukanmu, dan memaksamu berlutut meminta maaf”
Stephanie memutus sambungan telpon dan mengantongi kembali ponselnya. Dia memejamkan mata dan menengadah, menampung air hujan dengan wajahnya, butiran hujan yang jatuh lebih tepat dikatakan menampar daripada menggelitik, hujan sangat deras dan berangin, tak ada orang waras yang berdiri di taman seperti ini, hanya Stephanie. Semua indera Stephanie mati rasa, bibirnya yang membiru dingin tak bisa mengubah kenyataan, tenggorokan yang sejak tadi terasa terbakar seperti mau mengatakan sesuatu. Terlalu banyak kejutan untuk waktu yang singkat. Setiap kali Stephanie melirik pita merah jambu pada surat undangan itu, dia berharap saat ini ia membawa palu untuk memukuli udara yang terasa berat dan padat hingga sulit sekali dihirup. Mendung hitam menari-nari di atas kepalanya, merasa girang karena mendapatkan teman.
***
Ck… kemana biasanya kucing itu pergi. Dia tadi dijemput lelaki Asia yang dikenalnya..? jangan-jangan…!
***
            “Eh… sudah mulai gelap ya…” Stephanie baru menyadari kalau matahari mulai redup di barat, suasana suram hujan memperparah gelap. “Sepertinya aku harus pulang…” dia menoleh ke sekelilingnya, tapi nihil disini sepi sekali, dingin sekali, dan hujan masih deras sekali
            “HEI BODOH APA YANG KAU LAKUKAN DISANA…?!”
            “Eh...?” Stephanie terkejut dengan suara teriakan yang sangat ia kenal. Kyuhyun.
            “Kau cari mati..?” Kyuhyun mendekat dengan melepas mantelnya
            “Ja-jangan mendekat” Stephanie mengangkat tangannya “jangan dekati aku” gadis itu masih menunduk
            “Hm..? apa maksudmu..?”
            “KUBILANG JANGAN MENDEKAT...! lakukan apa yang kukatakan, kumohon, biarkan sedikit saja berjalan sesuai keinginanku”
Kyuhyun mengambil jarak dan mengamati.
Ada apa ini..? gadis ini penampilannya sangat menyedihkan, semuanya basah, bibirnya membiru. Memangnya dia disini sejak kapan? Apa dia sudah kehilangan akal..? dia bisa mati kedinginan. Aneh… biasanya dia akan langsung menantang dengan dagu diangkat tinggi-tinggi saat bertemu denganku, dari tadi bahkan aku tak bisa melihat wajahnya. Jangan-jangan dia baru saja kecelakaan dan menghancurkan wajahnya… ahahaha..!
            “Setiap orang berhak mendapatkan kebahagiannya kan..? apa aku salah..?” Stephanie memunggungi Kyuhyun
            “Uhm… ya… begitulah”
            “Termasuk aku..?”
            “Apa maksudmu..? tentu saja. Stephanie katakan apa yang terjadi..? kau membuatku takut” Kyuhyun mendekati Stephanie dengan hati-hati seperti takut membangunkan anak kecil tidur
Stephanie mengulurkan kertas di tangannya. Seketika dada Kyuhyun seperti ditusuk-tusuk. Gelombang amarah menggelegak begitu saja tanpa sempat dia tahan, hingga membuat dirinya sendiri heran.
            “Buang saja ini, Stephanie lihat aku… LIHAT AKU..!” Kyuhyun mencengkeram dagu Stephanie, dengan paksa ia angkat supaya menghadap padanya
            “Le-lepaskan aku, sakit”
            “Stephanie, lihat mataku. Aku sekarang suamimu apapun yang terjadi, dan kau istriku apapun yang terjadi. Yang kau perlukan hanya bersandar padaku”
            “TIDAK..! kau bukan suamiku, aku tidak menyukaimu apalagi mencintaimu, kita hanya terpaksa menikah. Itu saja..!” Stephanie menampik tangan Kyuhyun
            “Stephanie..! SADARLAH..! dia bukan pria baik untukmu..!”
            “Lalu..? kau pria yang tepat untukku..? APA BEGITU..? CHO KYUHUN LEPASKAN AK―”
Kyuhyun mengulum bibir biru Stephanie, dalam pelukan Stephanie meronta dengan keras, memukuli kepala dan dada Kyuhyun. Namun Kyuhyun tak sedikitpun merenggangkan pelukannya
Stephanie tenanglah, ini memang berat.
Lama mereka berpelukan, setidaknya hingga Stephanie benar-benar berhenti memukuli Kyuhyun dan tenang. Stephanie terisak di bahu Kyuhyun, sesekali mencengkeram jaketnya.
            “Hei… hei… it’s okay now, it’s okay…” Kyuhyun mengelus rambut Stephanie yang basah kuyup
            “Diamlah. Jangan menghiburku, jangan mengasihaniku” Stephanie masih menangis. Kyuhyun melepas jaketnya untuk menutupi kepala Stephanie dari guyuran hujan
            “Masih berapa lama kau ingin berdiri disini?”
Stephanie diam
            “Ayo cari tempat berlindung”
Stephanie diam
            “Ikut aku.!” Kyuhyun menarik tangan Stephanie, anehnya dia sama sekali tidak berontak “naik..!” perintah Kyuhyun
            “Naik apa..?” Stephanie celingukan
            “Naik ini..!” Kyuhyun menunjuk motor di sampingnya
            “Mana mobilmu..?”
            “Hari ini aku pakai motor, tadi jalanan padat jadi takut terjebak macet. Sudah naik sana, kita cari tempat berteduh”
Dengan kikuk Stephanie naik keatas motor Ducati hitam yang terlalu tinggi baginya
            “Kita cari makan saja… aku lapar” Stephanie melingkarkan kedua tangannya pada pinggang Kyuhyun
            “Kau lapar..? pegangan yang kencang…” motor meluncur membelah guyuran hujan
Emosi Stephanie cepat sekali berubah. Tak disangka hal ini akan terjadi. Diluar dugaan rencananya berjalan lebih cepat, kenapa memajukan tanggal..? apa ada sesuatu yang ditutupi..?
Ducati itu berhenti di depan salah satu kafe tak jauh dari taman. Bangunan yang semua dindingnya ditutupi permadani lembut itu terlihat ramai, lantai kayunya bersinar seperti habis dipoles. Namun meski terkesan hangat, dibalik permadani-permadani itu terdapat dinding batu pualam yang dingin. Mungkin karena sering hujan permadani itu dipasang untuk menghangatkan ruangan, setidaknya begitu perkiraan Kyuhyun.
Stephanie menggigil sambil merapatkan lengan, Kyuhyun bingung apa yang harus dia lakukan, pakaiannya sendiri juga basah. Melihat kedua orang ini masuk kafenya, sang pemilik buru-buru masuk dan kembali membawa dua handuk besar.
            “Keringkan badan kalian, apa yang kalian lakukan hingga seperti ini anak muda..?” wanita itu tersenyum pada Stephanie yang pucat
            “Um… terima kasih. Kami tadi tak membawa mantel atau jas hujan” Kyuhyun tersenyum dan menerima handuk hijau
            “Terima kasih nyonya” Stephanie masih menunduk
            “Apa kalian berkencan..?”
Stephanie diam saja, Kyuhyun hanya tersenyum. Dalam hati Kyuhyun merutuk karena itu adalah pertanyaan terakhir yang seharusnya tak pernah ditanyakan disaat seperti ini.
            “Bolehkan kami pesan makanan… kami mau sesuatu yang hangat seperti sup, kentang bakar, latte, dan susu. Terima kasih” wanita itu berjalan dan menghilang dibalik pintu dapur
            “Apa..?”  Stephanie merengut kearah Kyuhyun
            “Apanya yang apa..?” Kyuhyun membelalakkan mata
            “Dari tadi kau memandangku tanpa berkedip”
            “Kau juga… kau kangen padaku ya setelah patah hati..?”
            “Heh.. kuberi tahu ya… ini juga salahmu..!”
            “Lho… kok bisa..?”
            “Karena aku jadi istrimu aku kehilangan kekasihku..” Stephanie mengetuk-ngetuk jidat Kyuhyun
            “Hahaha… lucu sekali.. kalian sudah lama nggak pacaran, sungguh menyedihkan bagi pria yang memacarimu, sudah galak nggak seksi lagi. Membosankan”
            “Oh… kau bilang aku nggak seksi setelah apa yang kau lakukan…?”
            “Memangnya apa yang aku lakukan..?”
            “Cho Kyuhyun, jangan buat aku menceritakan semuanya supaya kau ingat”
            “Memangnya apa yang bisa diingat..?”
            “Kau selalu memaksa menciumku, kau selalu MEMAKSA. Kau itu kasar, aku heran kenapa banyak wanita berlutut menjilat sepatumu..”
            “Jangan bicara kalau aku memaksa, aku hanya berinisiatif, kau sendiri menikmatinya kan. Sebenarnya kau ingin kucium tapi jual mahal”
            “Huh..! kau juga memaksaku melakukan ‘itu’”
            “Hah..? aku nggak maksa. Buktinya kita bahkan belum pernah melakukan ‘ITU’”
            “Anu… permisi… makanannya mau diletakkan dimana..?” wajah pelayan pria itu sudah berubah aneh
            “Sudah berapa lama kau berdiri disitu..?” Stephanie duduk kembali
            “Letakkan dimeja” Kyuhyun membenahi taplak yang berantakan
Mereka berdua menghabiskan makanan dalam diam, setidaknya keadaan lebih tenang dan tamu lain sudah tak terganggu dengan teriakan pasangan muda yang berapi-api.
            “Hehehe… you’re awfully cheerfull considering your broken heart” Kyuhyun cengengesan
            Stop teasing me, you’re so dead” Stephanie menancapkan garpu pada daging seperti sedang menusuk seseorang
            Was that cotton candy from him..? he’s kind of evil, gave some sweet before you dump her. Good grief” Kyuhyun mengejek
            Sure you have foul mouth, just say whatever you want” Stephanie mengibas-ngibaskan tangannya
            Alright… alright seems that I hit a nerve, tapi kau selalu punya tempat untuk kembali, kau tahu..?”
Stephanie tersenyum, sambil terus makan air matanya meleleh tak terkendali
            “Hahaha jangan nangis sambil makan, ingusmu”
Stephanie pulang dengan perasaan ringan, sedikit sesak tapi dia yakin suatu saat pasti akan sembuh.
***
            “Hah… kau mandi dulu sana” Stephanie menjatuhkan diri ke sofa
            “He..? berani merintah mandi dulu..? padahal siapa yang mau pingsan..?”
            “Huh..? siapa yang mau pingsan… sudah sana mandi”
            “Nggak mau. Kau saja yang mandi dulu”
            “Heh setan… kau ini gampang sakit, kau bisa-bisa demam” Stephanie merebahkan kepalanya
            “Ck… ikut denganku…” Kyuhyun menarik Stephanie kedalam kamar mandi “akan kuajari bagaimana caranya mandi. Lepaskan pakaianmu..!”
            What..? dasar gila… jangan bercanda” Stephanie menantang
            “Siapa yang sedang bercanda..? dari tadi kau sudah memancing emosiku, rela basah saat nggak bawa mobil, kau benar-benar menyusahkan. Lepaskan bajumu, atau aku yang lepas” Kyuhyun menarik jatuh jersey Stephanie
            “Jangan macam-macam. Siapa suruh kau datang menjemputku..? apa pedulimu..?”
            “Setelah susah-susah aku membawamu pulang, berterimakasihlah sedikit. Say thank you…” mata Kyuhyun sangat intens
            “Huh… jangan harap. Tak ada yang menyuruhmu menjemputku, ingat… Akh… lepaskan aku”
Kyuhyun benar-benar melakukan ancamannya, satu persatu pakaian Stephanie dilepasnya, tentu saja dengan perlawanan keras Stephanie, hingga menyisakan blus dan pakaian dalam. Dia angkat dagu Stephanie dengan telunjuk
            “Bagaimana..? masih belum bisa berterima kasih..? atau aku juga harus melepas pakaianku..? baiklah kalau begitu” Kyuhyun membuka satu persatu kancing kemejanya
            “Hentikan..! keluarlah. Aku akan mandi” Stephanie membuang muka agar tak beradu pandang dengan Kyuhyun. Ekspresi wajah Kyuhyun sangat sulit ditebak, Stephanie tak bisa mengira apa yang ada dalam pikirannya.
Meski Stephanie sudah selesai mandi, dia masuk tanpa berkata apapun, tak sekalipun menatap wajah Stephanie
            Kyuhyun keluar dari kamar mandi mengenakan mantel mandi “Stephanie aku ingin bicara tetang―”
            “Tak ada yang  perlu dibicarakan. Itu bukan urusanmu” nada Stephanie jelas sekali menantang
Kyuhyun berdecak kesal, ia memutar tubuh Stephanie hingga menghadap tubuhnya, dia cengkeram kepala belakang Stephanie dan mendekatkan wajahnya.
            “Harus berapa kali kukatakan, kalau aku tak suka ada sesuatu disembunyikan dariku. Kenapa kau memberi kesan kau istri yang sedang selingkuh atau apa... apa aku harus menciummu agar kau tak bisa lagi berkata angkuh seperti itu…”
Stephanie memalingkan wajah, namun kembali ditahan oleh Kyuhyun.
            “Lepaskan” ujar Stephanie dingin
Kyuhyun menyeringai dan menekan tubuh Stephanie ke ranjang dengan kaki menggantung di tepiannya.
            “Kalau kau tak ingin aku menendangmu, lepaskan aku” nada Stephanie masih sama dinginnya
            What should I do..?” Kyuhyun meniupkan napasnya pelan ke kelopak mata Stephanie, membuat gadis itu memejamkan mata. Kyuhyun menyeringai lagi dan menghisap bibir bawah Stephanie.
            “Mmmh..?” Stephanie kaget dengan perlakuan yang ia terima dan masih belum siap. Semakin kuat Stephanie mencoba melepaskan diri, Kyuhyun akan semakin menakutkan dengan memperdalam cumbuannya. Stephanie semakin panik saat Kyuhyun mencekal kedua tangannya di atas kepala. Kakinya meronta tapi segera ditahan oleh kaki besar Kyuhyun. Kyuhyun melepaskan bibir Stephanie, beralih menjilati leher gadis itu. Stephanie hanya bisa menutup mata berharap Kyuhyun segera berhenti.
            “Hari ini aku lelah mengejarmu, aku lelah” ujar Kyuhyun sambil mempermainkan tali mantel mandi Stephanie
Dengan panik Stephanie mencengekram tangan Kyuhyun sebelum benda itu lepas.
SRET…!
Tali mantel Stephanie terurai, namun masih tertangkup menutupi tubuh setengah basah dibawah cengkeraman Kyuhyun. Dengan tangan kiri menahan tangan Stephanie, tangan kanan Kyuhyun masih bebas. Mata Stephanie berair, wajahnya memerah, dan sangat ketakutan, tepat seperti yang diinginkan Kyuhyun. Dengan seringai puas Kyuhyun merebahkan tubuhnya disamping Stephanie yang buru-buru beringsut menjauh sambil gemetaran.
            “Aku hanya ingin kau sadar. Aku mengkhawatirkanmu, kau sama sekali tidak menghubungiku, dan itu sangat mengganguku. Apalagi setelah aku tahu kau pergi dengan oppa-mu itu” Kyuhyun menutup mata dengan sebelah tangannya lalu mendesah lelah. “Kau itu selalu membuatku pusing. Bisakah kau duduk manis disini dan jangan cari masalah?” meskipun nadanya bertanya, Kyuhyun sama sekali tak mengharapkan jawaban. Dia tak ingin mendengar alasan apapun dari Stephanie.
Air mata Stephanie meleleh lagi. Otaknya sudah bisa menerima kenyataan bahwa yesung akan menikah, tapi hatinya masih belum bisa melupakan kenangan mereka.
            I’m angry with you, don’t talk to me. Just leave me alone” Stephanie berusaha terdengar jahat, meski sebenarnya ia ingin Kyuhyun memeluknya dengan erat.
            I won’t talk to you” Kyuhyun mematikan lampu untuk menyembunyikan ekspresi apapun yang ia buat sekarang
TBC








0 comments:

Posting Komentar

 

Template by Suck my Lolly